Bagaimanakah Tidurnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam?
Tidur merupakan salah satu rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya. Allah jadikan dunia ini terdiri dari siang dan malam. Allah jadikan siang hari sebagai waktu bagi kita untuk bekerja dan mencari penghidupan. Allah juga jadikan malam hari sebagai waktu bagi kita untuk istirahat dan tidur. Allah Ta’ala berfirman,
وَمِنْ رَّحْمَتِهٖ جَعَلَ لَكُمُ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوْا فِيْهِ وَلِتَبْتَغُوْا مِنْ فَضْلِهٖ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
“Di antara rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang agar kamu beristirahat pada malam hari, agar kamu mencari sebagian karunia-Nya (pada siang hari), dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.” (QS. Al-Qashash: 73)
Maka dari itu, tidur merupakan salah satu hal yang pasti dilakukan oleh seluruh manusia. Tidur juga merupakan kebutuhan bagi semua manusia. Tidak terkecuali Nabi kita yang mulia Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau juga tentu membutuhkan tidur. Lalu, bagaimanakah tidurnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?
Posisi tidur Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
Bagaimana posisi Rasulullah ketika tidur? Ada beberapa hadis yang menyebutkan tentang posisi beliau ketika tidur. Di antaranya adalah hadis dari Bara’ bin Azib.
أن النبي صلى الله عليه وسلم كان إذا أخذ مضجعه وضع كفه اليمنى تحت خده الأيمن، وقال ,رب قني عذابك يوم تبعث عبادك
“Sesungguhnya jika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berbaring di tempat tidurnya, beliau letakkan telapak tangannya yang kanan di bawah pipinya yang kanan, seraya berdoa,
‘RABBI QINI ‘ADZABAKA YAUMA TAB’ATSU ‘IBADAKA’
(Ya Rabb, jagalah hamba dari azab-Mu pada hari Kau bangkitkan seluruh hamba-Mu.)” (HR. Ahmad)
Selain itu, ada juga hadis yang diriwayatkan oleh Abu Qatadah. Beliau berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ فِي سَفَرٍ فَعَرَّسَ بِلَيْلٍ اضْطَجَعَ عَلَى يَمِينِهِ وَإِذَا عَرَّسَ قُبَيْلَ الصُّبْحِ نَصَبَ ذِرَاعَهُ وَوَضَعَ رَأْسَهُ عَلَى كَفِّه
“Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam suatu perjalanan lalu singgah di waktu malamnya, maka beliau berbaring dengan bertumpu lambung kanannya. Apabila beliau singgah di saat-saat sebelum subuh, maka beliau tegakkan hastanya searah badannya, kemudian beliau letakkan kepalanya di atas telapak tangannya.” (HR. Muslim)
Dari kedua hadis yang telah disebutkan, bisa kita simpulkan bahwa Nabi tidur dengan posisi menyamping ke kanan bertumpu dengan bagian tubuhnya yang sebelah kanan. Beliau juga tidur dalam keadaan menyandarkan kepala bagian kanan beliau ke tangan kanan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.
Rasulullah ketika tidur juga mendengkur, sebagaimana hadis yang disampaikan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhu, beliau berkata,
فَنَامَ حَتَّى نَفَخَ ثُمَّ أَتَاهُ الْمُنَادِي فَآذَنَهُ بِالصَّلَاةِ فَقَامَ مَعَهُ إِلَى الصَّلَاةِ فَصَلَّى وَلَمْ يَتَوَضَّأْ
“Kemudian beliau (Rasulullah) tidur hingga mendengkur. Kemudian seorang muazin datang memberitahukan beliau bahwa waktu salat telah tiba. Beliau lalu pergi bersamanya dan salat tanpa berwudu lagi.” (HR. Bukhari)
Doa-doa yang dibaca Rasulullah sebelum tidur
Sebelum tidur Rasulullah juga membaca doa terlebih dahulu. Di antara doa yang beliau baca sebelum tidur adalah doa pada hadis sebelumnya, yaitu:
رب قني عذابك يوم تبعث عبادك
‘RABBI QINI ‘ADZABAKA YAUMA TAB’ATSU ‘IBADAKA’
(Ya Rabb, jagalah hamba dari azab-Mu pada hari Kau bangkitkan seluruh hamba-Mu.)” (HR. Ahmad)
Selain itu, ada juga doa yang beliau baca selain doa di atas. Dari Huzaifah radhiyallahu ’anhu, beliau berkata,
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَخَذَ مَضْجَعَهُ مِنْ اللَّيْلِ وَضَعَ يَدَهُ تَحْتَ خَدِّهِ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُمَّ بِاسْمِكَ أَمُوتُ وَأَحْيَا وَإِذَا اسْتَيْقَظَ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُور
“Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hendak tidur, beliau meletakkan tangannya di bawah pipi, kemudian beliau mengucapkan,
‘BISMIKA AMUTU WAAHYA’
(Dengan nama-Mu, aku mati dan aku hidup.)
Dan apabila bangun tidur, beliau mengucapkan,
‘ALHAMDU LILLAHIL LADZI AHYANA BA’DA MA AMATANA WA ILAHIN NUSYUR’
(Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan hanya kepada-Nyalah tempat kembali.)” (HR. Bukhari)
Sebelum tidur, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga membaca tiga surah pendek, yaitu: surah Al-Ikhlas, surah Al-Falaq, dan surah An-Nas sebanyak tiga kali. Hal tersebut sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh ibunda kita Aisyah radhiyallahu ‘anha,
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ وَ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bila hendak beranjak ke tempat tidurnya pada setiap malam, beliau menyatukan kedua telapak tangannya, lalu meniupnya dan membacakan,“qulhuwallahu ahad”, “qul `a’udzu birabbil falaq”, dan “qul ‘a’udzu birabbin nas”. Setelah itu, beliau mengusapkan dengan kedua tangannya pada anggota tubuhnya yang terjangkau olehnya. Beliau memulainya dari kepala, wajah, dan pada anggota yang dapat dijangkaunya. Hal itu, beliau ulangi sebanyak tiga kali. (HR. Bukhari)
Itulah beberapa doa yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam baca ketika beliau hendak tidur.
Waktu tidur Rasulullah
Setelah kita ketahui bagaimana posisi beliau tidur dan juga doa apa yang beliau baca ketika tidur, lalu kapankah beliau tidur? Rasulullah shallallahu alaihi wasallam biasanya tidur setelah salat Isya, lalu beliau bangun untuk salat malam, kemudian beliau tidur lagi hingga menjelang Subuh. Hal tersebut bisa disimpulkan dari beberapa hadis, di antaranya adalah hadis dari Abu Barzah,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَ الْعِشَاءِ وَالْحَدِيثَ بَعْدَهَا
“Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak suka tidur sebelum salat Isya dan berbincang-bincang setelahnya.” (HR. Bukhari)
Dari hadis di atas, menunjukkan bahwa Rasulullah tidak suka berbincang-bincang setelah salat Isya dan menunjukkan dianjurkannya segera tidur setelah salat Isya.
Hadis lain yang menunjukkan waktu tidur Rasulullah di antaranya adalah hadis dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash radhiyallahu ‘anhuma. Beliau mengabarkan,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ أَحَبُّ الصَّلَاةِ إِلَى اللَّهِ صَلَاةُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَام وَأَحَبُّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ وَكَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ وَيَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا
Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berkata kepadanya, “Salat yang paling Allah cintai adalah salatnya Nabi Daud ‘alaihis salam dan puasa yang paling Allah cintai adalah puasanya Nabi Daud ‘alaihis salam. Nabi Daud ‘alaihis salam tidur hingga pertengahan malam, lalu salat pada sepertiganya, kemudian tidur kembali pada seperenam akhir malamnya. Dan Nabi Daud ‘alaihis salam puasa sehari dan berbuka sehari.”
Selain tidur pada malam hari, Rasulullah juga tidur di siang hari. Hal tersebut sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Anas radhiyallahu ’anhu, Nabi shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,
قِيْلُوْا فَإِنَّ الشَّيَاطِيْنَ لاَ تَقِيْلُ
“Hendaklah kalian tidur siang (qailulah) karena setan itu tidak tidur siang.” (Dinilai hasan oleh Syekh Al-Albani)
Itulah gambaran ringkas mengenai bagaimana tidurnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Semoga bermanfaat.
***
Penulis: Firdian Ikhwansyah
Artikel asli: https://muslim.or.id/101472-bagaimana-tidurnya-rasulullah-shallallahu-alaihi-wasallam.html